Info Buku

Pada tahun 1979, negara-negara di Asia Tenggara sibuk menghadapi masalah pengungsi Vietnam. Presiden Soeharto pun mengeluarkan kebijakan khusus untuk menangani pengungsi Indochina itu. Pada tahun 1979 ini Presiden juga meminta Indonesia untuk mencermati pembukaan hubungan RCC dan AS. 

Dalam hubungan luar negeri, Indonesia sedang menangani masalah perbatasan dengan Papua Nugini, juga mendapat bantuan dari Jepang yang cukup berarti setelah negeri itu mengakui konsep Wawasan Nusantara yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto. Bantuan Jepang tersebut antara lain dimanfaatkan untuk membangun pabrik pupuk di Aceh. 

Di dalam negeri, presiden juga mengarahkan pembentukan reformasi agraria guna menata kembali pemilikan lahan pertanian dan meredam keresahan masyarakat. 

Sementara itu, pada peringatan hari jadi ke-28 Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) di Cijantung, Jakarta, Rabu 16 April 1980, Presiden Soeharto membantah keras berbagai isu negatif yang ditujukan kepada diri dan keluarganya, serta menyatakan hal itu sebagai suatu usaha untuk merongrong Pancasila dan UUD 45 dengan terlebih dahulu menyingkirkan dirinya. 

Pada tahun 1980, saat menyampaikan pidato pengarahan pada Rapat Pimpinan ABRI di Pekanbaru pada Maret 1980, Presiden Soeharto menyatakan bahwa Orde Baru bertekad untuk tidak mengubah Pancasila dan UUD 1945, dan ABRI telah mengikat janji dan mengikat diri tidak ingin mengubah Pancasila dan UUD 1945. Peristiwa penting lain pada tahun 1980 yaitu Presiden Soeharto mengadakan kunjungan kenegaraan ke Pakistan dan India pada bulan Desember 1980 untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi dan politik, terutama untuk mempererat kerjasama negara-negara gerakan Non-Blok.